Perang Badar terjadi pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke-2 H dan bertempat di perigi bernama Badar yang ada di antara Mekah dan Madinah. Ketika kafilah perdagangan kafir Quraisy yang di pimpin oleh Abu Sufyan bin Harb melintasi ujung batas negeri Madinah, Rasululloh saw. menyuruh mencegatnya Karena harta yang di bawa oleh mereka sebagian besar harta rampasan dari kaum muslimin ketika mereka akan berhijrah ke Madinah.
Pasukan umat Islam berjumlah 313 orang yang terdiri dari 210 orang muslim Anshar dan selebihnya dari kaum Muslim Muhajirin. Bendera perang di serahkan kepada Mush’ab bin Umair, seorang pemuda yang baru saja masuk Islam, tapi keimanannya sudah sangat kuat, sehingga Rasululloh memberinya kepercayaan untuk memegang bendera perang. Mendengar Rasululloh telah menyiagakan pasukan, Abu Sufyan segera mengutus Kurir ke Mekah untuk memberi tahu Abu Jahal dan para pembesar Quraisy lainnya. Maka Abu Jahal menghimpun pasukan dengan kekuatan 1000 orang untuk melindungi kafilah perdagangan mereka dari serbuan pasukan Islam.
Rasululloh membentuk regu pengintai untuk meyelidiki jalur yang ditempuh kafilah dagang Quraisy. Pasukan kafir Quraisy yang mengawal kafilah mereka telah menuju desa Badar. Hal itu segera di laporkan kepada Rasululloh. Maka Rasululloh segera mengadakan musyawarah dengan para sahabat dan di sepakati bahwa pasukan muslim harus segra di berangkatkan menuju desa Badar untuk menyongsong kedatangan pasukan kafir Quraisy.
Pasukan Islam berkemah dekat sumber air di desa Badar, sehingga dapat dengan mudah mengahadang pasukan kafir Quraisy dan mencegah mereka untuk menambil perbekalan air bagi pasukannya. Tidak lama kemudian pasukan kafir Quraisy tiba di tempat yang sama dengan segala perlengkapannya. Maka perang pun tak dapat di hindari.
Sebelum perang missal terjadi, terlebih dahulu pasukan Quraisy menantang perang tanding satu lawa satu. Dengan semangat jihad yang tinggi, pasukan Islam segera meminta izin kepada Rasulullah untuk menerima tantangan pasukan kafir. Rasul mengizinkan dan mengutus tiga orang perwiranya yang gagah perkasa, pemberani, dan angat kuat imannya, yaitu Hamzah bin Abdul Muthalib, Ali bin Abi Thalib, dan Ubaid bin Haritsah. Sedangkan dari pihak kafir Quraisy mengutus perwiranya, yaitu Utba bin Rabia, Syaiba, saudaranya Utba, dan Walid bin Utba (anaknya).
Perang tanding pun dimulai. Hanya dalam hitungan detik, Hamzah bin Abdul Muthalib dapat menebas leher Syaiba hingga tewas. Begitu juga Ali bin Abi Thalib dapat membunuh Walid bin Utbah dengan sekejap. Ubaidillah bin Haritsah nampak saling melukai dengan Utba. Ketika Ubaidillah terdesak, Hamzah bin Abdul Muthalib segera membatu Ubaidillah menebaskan pedangnya ke leher Utba hingga tewas.
Menyaksikan perwiranya terbunuh, Abu Sufyan segera menyerukan komandonya untuk menyerang kaum muslimin. Sedangkan di pihak muslim, Rasululloh masih tampak khawatir melihat pasukan musuh yang begitu besar jumlahnya. Namun Allah SWT tidak akan membiarkan utusannya dalam kecemasan, maka segeralah turun wahyu untuk meyakinkan hati Nabi Muhammad.
Wahai Nabi (Muhammad) Kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan du ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) diantara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan seribu orang kafir, karena orng-orang kafir itu adalah kaum yang tidak mengerti.” (QS. Al-Anfal: 65)
Setelah mendapat wahyu tersebut, Nabi Muhammad segara mengobarkan semangat jihad kepada pasukan Islam yang telah siaga menunggu perintah dari beliau. Tidak ada sedikit pun perasaan takut dan bimbang dalam hati pasukan muslim, sebaliknya jiwa mereka dipenuh dengan semangat jihad membela agama Allah dan Rasul-Nya.
Mendengar komando Rasululloh saw. pasukan Islam segera berhamburan ke medan perang dengan gagah perkasa. Puluhan musuh terbunuh oleh sabetan pedang Hamzah bin Abdul Muthalib, puluhan lainnya tewas di tangan Ali bin Abi Thalib. Sa’ad bin Abi Waqas sahabat senior, ahli pembidik panah mendengar seruan Nabi: “Bidikkan anak panahmu hai Sa’ad. Ibu bapakku menjadi jaminan bagimu.” Sa’ad teringan do’a Nabi kepadanya pada saat baru masuk Islam: “Ya Allah, tepatkanlah bidikan panahnya dan kabulkan do’anya”. Maka menggeloralah semangat juang Sa’ad seketika, hampir tidak ada anak panah yang di lepasanya tanpa menewaskan musuh yang menjadi sasarannya.
Nabi sendiri tidak hanya mengomando. Beliau juga menyongsong musuh sambil menaburkan debu ke arah musuh seraya berkata: “Hitamlah wajahmu!” Pasukan Islam terus berjuang dengan penuh semangat untuk membela dan mempertahankan agama Islam. Rasululloh saw. juga terus menyemangati pasukannya dengan berulang-ulang membacakan ayat Al-Qur’an berikut.
“Kelak akan Aku berikan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka pukullah di atas leher mereka dan pukullah tiap-tiap ujung jari mereka” (QS. Al-Anfal: 12)
Pasukan kafir menderita kekalahan yang cukup parah dan jumlah korbannya yang terbunuh cukup banyak termasuk Abu Jahal. Dari pihak muslim, 15 orang gugur sebagai syahid dan beberaoa orang luka.
Sumber :
Syuhada, Harjan dkk. 2011. Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas XII. Jakarta: Bumi Aksara.
0 comments:
Post a Comment