Sesuai judul di atas, pada artikel kali ini kita akan mengupas tuntas mengenai perilaku narsis menurut
pandangan islam. Sebelum berbicara lebih lanjut soal itu, apakah kalian tahu
arti dari narsis atau narsisme? Mungkin sebagian dari kalian menjawab bahwa
narsis adalah kelakuan orang yang suka banget sama yang namanya difoto. Banyak
orang yang beranggapan bahwa orang yang narsis adalah orang yang melakukan
berbagai macam aksi ketika di depan kamera. Sebelum kita memvonis arti dari
kata narsis ataupun narsisme, alangkah baiknya kita menyimak kisah ini dahulu.
Konon
dalam dongeng Yunani kuno, hiduplah seorang pemuda bernama Narsis. Narsis
adalah orang yang tampan, tetapi kaku, cuek, dan angkuh. Suatu hari, Narsis
tengah duduk di tepi kolam yang bening airnya. Dari tepi kolam, dia melihat
betapa tampan dirinya. Karena bayangan wajahnya yang begitu mempesona, Narsis
akhirnya jatuh cinta kepada bayangannya sendiri. Narsis jatuh cinta kepada
dirinya sendiri. Sebenarnya banyak sekali gadis yang jatuh cinta kepada Narsis,
namun Narsis tak pernah merespon mereka.
Dari
cerita di atas bisa diketahui orang yang masuk dalam kategori narsis, yaitu
mencintai diri sendiri secara berlebihan, hanya mendengar pendapatnya sendiri,
tidak bisa merasakan perasaan orang lain, dan melihat segala sesuatu dari sudut
pandangnya sendiri.
Nah,
gimana nih hukumnya orang-orang narsis dalam pandangan islam? Hehehe, let’s
check this out!
“Tidak
masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat sebesar biji sawi dari rasa
kesombongan.” (HR. Muslim);
“Ada
tiga perkara yang membinasakan, yaitu hawa nafsu yang dituruti, kekikiran yang
dipatuhi, dan seorang yang membanggakan dirinya sendiri.” (HR. Ath-Thabrani dan
Anas);
“Barangsiapa
membanggakan dirinya sendiri dan berjalan dengan angkuh, maka dia akan
menghadap Allah dan Allah murka kepadanya.” (HR. Ahmad).
Nah,
setelah membaca hadis tadi sebaiknya kalian berhati-hati terhadap bahaya
narsisme. Eh, emang kalian narsis apa pede? Emang ada bedanya ya? Ya jelas beda
lah!
Seorang
narsistik memposisikan diri sebagai objek, sedangkan orang yang pede memposisikan
diri sebagai subjek. Mereka yang pede tak akan risau terhadap pujian maupun
cacian orang lain. Mereka yang pede lebih fokus kepada kompetensi diri
dibandingin penampilan fisik semata.
Remaja
muslim sudah seharusnya pede dengan keislaman yang dimiliki, bukan pede karena
ikut-ikut budaya barat. Islamlah yang menjadikan kita mulia sebagai umat
terbaik, bukan menjadi teman setan yang selalu memperturutkan hawa nafsu untuk
jauh dari islam dan aturannya.
“Kamu
adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf,
mencegah yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran [3]: 110).
0 comments:
Post a Comment